Sungguh
lucu, dalam beberapa minggu belakangan ini tiba-tiba aku terobsesi
untuk bisa menemukan teman-teman lama. Aku tidak peduli apakah itu teman
dari masa-masa SD, SMP, SMA, Kuliah, teman kerja atau bahkan teman
sepermainan di kampung. Satu per satu nama-nama mereka yang terlintas
diotak aku ketik melalui media facebook, google, friendster dan
fasilitas-fasilitas yang ada lainnya. Bahkan tidak hanya itu, kartu nama
pemberian klien atau rekanan selama aku kerja dalam kurun waktu 19
tahun juga aku keluarkan dan kutelusuri satu per satu. Ada sih satu atau
dua yang memang memanfaatkan jasa fasilitas canggih yang bernama
internet ini tapi itupun nggak sampai 10%, sedang 90% lainnya tidak aku
temukan atau dengan kata lain tidak atau belum memanfaatkan teknologi
mutakhir tersebut. Pada suatu malam aku termangu terdiam di depan
computer dan menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam diriku.
Ingatan akan masa lalu belakangan ini memang selalu muncul dipikiran dan
tidak mau pergi. Segala macam cara telah aku lakukan untuk menjauh dari
computer tapi semakin berusaha menghindar semakin aku ketagihan akan
teknologi yang satu ini. Akibatnya fatal, gairah kerjaku menurun dan
pekerjaan yang seharusnya sudah aku selesaikan dalam minggu kemarin
masih teronggok di atas meja dan belum kusentuh sama sekali. Aku
membayangkan wajah-wajah rekanan yang sudah pasti akan complain terhadap
kinerjaku, dengan wajahnya yang masam dan emosional memaki-makiku.
Persetan dengan mereka, tiba-tiba reflek perlawananku mengedepan dan
menang. Selanjutnya aku kembali terbenam dalam permainan ketik mengetik
nama-nama dari masa laluku. Si A, si B, si C dan seterusnya dan
seterusnya …. Sampai dini hari… setiap hari …
Akibatnya
bisa diduga, istriku menegur dan mengatakan bahwa wajahku pucat dan
kelihatan loyo serta tiada bergairah. Aku diam saja dan tidak membantah.
Aku tahu aku salah bahkan setelah kuhitung-hitung sudah sebulan lebih
aku tidak pernah lagi berkomunikasi dengan istri apalagi menyentuhnya.
Wah … belum lagi anakku juga protes karena kesempatannya bermain game on
line tidak mendapat porsi yang cukup dan layak. Semua penghuni rumah
jadi uring-uringan dan gampang tersinggung bahkan hanya karena omongan
yang sebenarnya tanpa arti sekalipun. Bahkan bunyi huruf a atau b atau c
saja bisa memicu pertengkaran yang tidak masuk akal. Anehnya semua
pertengkaran selalu dengan dalih karena internet. Betul, internet telah
menjadi kambing hitam.
Karena
tidak bisa mengatasi masalah ini aku minta nasihat dari seorang sahabat
yang cukup wise di mataku. Setelah aku jelaskan duduk permasalahannya
justru jawabannya diluar dugaan sama sekali, “aku juga mengalami masalah
yang sama denganmu sahabatku”. Lagi-lagi internet, lagi-lagi tema-teman
lama yang jadi biang keroknya. Temanku juga mengalami ketegangan di
dalam rumah tangganya karena sebab yang sama persis denganku. Akhirnya
kami berdua mencoba mencari jalan keluar dengan meminta nasihat dari
teman yang lain dan anehnya teman yang lain itupun mengalami masalah
yang sama dengan kami bahkan lebih gawat, dia mau cerai dengan istrinya.
Sampai sore hari kami sudah menemui kurang lebih 50 orang teman yang
ternyata juga mengalamai hal yang sama dengan kami. Sungguh kebetulan
yang tragis dan mengerikan. Rembug punya rembug kami ber 50 sepakat
untuk pergi keseorang psikiater. Dengan menyewa bis kami pun menemui
sang psikiater namun belum sampai mengetuk pintu, serombongan petugas
kesehatan keluar dengan menggotong tandu berisi seseorang yang tidak
lain ternyata psikiater yang hendak kami temui. Seorang perawat yang
membawa kotak obat tanpa ditanya berkata entah kepada siapa, “gara-gara
internet dia ditinggal pergi istrinya bahkan nyawanyapun enggan
menempati tubuhnya sendiri. Dia mati dalam sepi. Sudah seminggu mayatnya
baru diketemukan. Baunya busuk sekali. Saksi kematian satu-satunya
hanyalah sebuah computer yang masih menyala dengan setumpuk kartu nama
di atas meja. Berantakan”.
Keesokan
harinya seluruh kota gempar, hampir semua orang terjangkit wabah baru,
yaitu wabah mencari teman lama di internet. Jalanan jadi sepi, semua
orang duduk di depan komputernya masing-masing. Tidak satupun orang
sanggup mengatasi wabah yang cukup ganas tersebut karena orang atau
pejabat yang seharusnya mengatasi permasalahan ini malah juga terjebak
dalam kondisi yang sama seperti warga lainnya. Kota lumpuh, seluruh
aktifitas terhenti. Negara dinyatakan dalam keadaan darurat.
Keesokannya
lagi tersiar kabar bahwa hampir semua orang diseluruh dunia terjangkit
wabah yang sama. Dunia kolaps bahkan presiden dari Negara adi kuasa pun
tak luput dari penyakit ini. Namun ada sedikit kabar menggembirakan, ada
seorang laki-laki yang sudah tua dan tinggal di kaki gunung yang belum
terjangkau teknologi internet tidak terjangkit wabah mengerikan
tersebut. Beberapa utusan dari kantor PBB
diperintahkan menemuinya untuk meminta nasihat tentang bagaimana
kiat-kiat sang kakek sehingga tidak terjangkit wabah berbahaya tersebut.
Akhirnya si kakek di bawa ke kota dan didaulat oleh sekjen PBB untuk
berbicara live di televisi sekaliber CNN. Semua orang di seluruh dunia
menuggu berharap-harap cemas apa jawaban yang bakal didengar.
“saudara-saudaraku
dimana saja kalian berada, satu-satunya jalan untuk mengatasi wabah ini
sebenarnya susah-susah gampang”, kata pak tua memulai pembicaraan
livenya. “Banting dan hancurkan computer kalian sekarang juga !!!”,
teriak sang kakek gemetar. “Setalah itu berkemaslah kalian dan pulang
kekampung-kampung kalian masing-masing barang satu atau dua minggu.
Masalah kalian sebenarnya hanyalah rindu. Rindu pada sanak saudara,
teman-teman, kampung halaman yang pada intinya adalah kerinduan pada
masa-masa indah waktu lampau. Kehidupan saat ini yang membelenggulah
yang menyebabkan kalian depressi dan berhalusinasi seolah-olah masa lalu
bisa diraih kembali dengan pertolongan sebuah computer dan internet.
Tidak bisa saudara-saudaraku karena waktu terus berjalan maju, dia tidak
pernah berhenti apalagi berjalan mundur. Kegilaan ini akan semakin
mengecewakanmu setelah mendapati orang-orang yang dulu menjadi
sahabat-sahabatmu sekarang tidak sehangat dulu lagi. Kamu juga hanya
akan bertemu dengan wajah-wajah keriput yang jauh dari bayangan masa
muda dulu. Biarlah hidup mengalir dan mengalir menuju muara hingga suatu
saat kalian akan sampai di rumah sejati kalian dan menemukan
saudara-saudara dan teman-teman dari masa lalumu tetap seperti masa itu
untuk selamanya”. Untuk selamanya, untuk selamanya, untuk …….
Tiba-tiba
aku tersadar dari tidur. Aku masih duduk di depan computer. Aku
kecapekan. Aku akan beristirahat dan bangun esok hari dengan gairah
baru, pasalnya aku memutuskan besok akan mudik bersama keluarga. Pasti
sebuah surprise buat anak dan istriku. Tanpa sadar aku tersenyum dan
dengan mouse ku klik tombol start – turn off Computer. Jam didinding
menunjuk angka 2 dini hari. Aaaaahhhh….
Comments
Post a Comment
Blog ini nofollow, jadi berkomentarlah yang baik jangan mengandung unsur:
-SARA
-SPAM
-Komentar berkaitan dengan artikel dan atau materi yang telah disajikan.
Go Blogger Indonesia ... :D